Yang Melintas

Monday, July 10, 2006

Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Tangga

Sebagai Chief Operational Officer atau COO, seorang Ibu Rumah Tangga pasti mengetahui bahwa kegiatan operasional rumah tangga memerlukan biaya. Berapakah biaya minimum per bulan untuk 1 unit rumah tangga? Perhitungan ini menggunakan asumsi 1 unit rumah tangga terdiri dari 2 orang (suami-istri) yang tinggal di wilayah perkotaan Botabek. (Lho, itu kan kami?) Coba kita hitung:
- makan Rp 400.000,00
- transport Rp 600.000,00
- utilitas (listrik, telepon, gas) Rp 350.000,00
Total Rp 1.350.000,00 per bulan. Kalau ditambah sewa rumah (asumsi Rp 150.000,00 per bulan) jadi membengkak Rp 1.500.000,00 per bulan.

Ini biaya kebutuhan hidup minimum versi saya; belum termasuk tabungan hari depan dan tabungan uang muka (rumah, kendaraan). Kebutuhan ini bertambah kalau jumlah anggota keluarga lebih besar, serta kebutuhan dasar lebih luas lagi (seperti internet, koran/majalah, buku, hiburan).

Bagaimana jika penghasilan tidak sampai Rp 1.500.000,00? Tentu saja: pusiiiiiiiiiinggggggg!!!!! Bagaimana mengatasinya? Pertama, semakin mengencangkan ikat pinggang untuk mengurangi pengeluaran, yang rasanya juga sudah sulit. Dan yang kedua adalah menambah penghasilan, yang sering kali lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan.

Sebagai Chief Financial Officer atau CFO, seorang Ibu Rumah Tangga diharapkan bisa mengelola keuangan keluarganya dengan baik. Artinya, jangan sampai defisit, malah perlu diusahakan supaya surplus. Biasanya kalau defisit, jalan keluar tercepat adalah dengan berhutang atau mengorek tabungan (itu pun kalau ada yang masih bisa dikorek).

Bagaimana mengelola keuangan secara baik? Terus terang, saya bukan jagonya. Tapi kalau melihat kenyataan di sekeliling saya, menurut pengamatan saya, kesulitan keuangan itu terjadi lebih karena tidak adanya perencanaan dan lemahnya pemanfaatan keuangan keluarga. Ini menurut saya lho.

Agar mempunyai perencanaan keuangan dan memperbaiki pemanfaatannya, setiap rumah tangga sebaiknya menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Tangga (APBRT). APBRT memberi gambaran besar pendapatan dan pengeluaran dalam sebulan. Anggaran belanja tidak boleh melebihi besar pendapatan. Kalau tidak, jadinya besar pasak daripada tiang. Rumah akan miring dan tidak kokoh, dan rumah tangga akan merugi. Jika pengeluaran untuk suatu item sudah mendekati besar anggarannya, maka harus hati-hati dan semakin menahan pengeluaran. Dengan menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Tangga bersama-sama, suami-istri dapat realistis dan transparan menilai kemampuan keuangan, dan bersama-sama berusaha mengatasi masalah (keuangan) jika ada.

Sebelum sepasang calon pengantin hendak menikah, biasanya ada semacam 'kursus pranikah' di KUA (untuk yang beragama Islam). Alangkah baiknya, jika 'kursus pranikah' ini selain diisi dengan nasihat perkawinan juga diisi dengan pengetahuan praktis mengenai pengelolaan keuangan rumah tangga sebagai bekal bagi calon pasangan suami-istri dalam membina rumah tangga.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home