Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga rutin memang cukup mudah. Menyiapkan sarapan, mencuci alat makan/minum & alat masak, nyapu-ngepel, cuci dan jemur dan setrika baju atasan/bawahan/dalam, buang sampah. Meskipun mudah, kegiatan-kegiatan ini cukup menguras waktu dan energi, dan ada perasaan bahwa kegiatan ini tidak habis-habis. Setelah bak cucian piring kosong, tidak lama ada sesuatu yang harus dicuci, apakah gelas kotor, sendok kecil, pisau, talenan, wajan, sutil, atau lainnya. Begitu juga dengan ember baju kotor; setelah kosong, tak lama ada baju kotor lain yang masuk ke situ. Atau keranjang setrikaan, baru saja selesai menyetrika, tak lama ada tumpukan cucian bersih yang menunggu untuk disetrika. Aaaargghhhh! π«
Yang cukup rumit (bagi saya) adalah memasak, karena saya tidak bisa masak! Memasak perlu didahului dengan merencanakan masak apa, beli bahan-bahan, mempersiapkan bahan dan bumbu (mengupas, mengiris, membumbui, dll). Memasak sendiri perlu waktu dan energi dan kiat tertentu. Selanjutnya, harus mencuci peralatan masak. Singkat kata: ribet!
Dalam kuadran Eisenhower, pekerjaan rumah tangga termasuk dalam kuadran penting-tidak urgen. Pekerjaan rumah tangga penting karena memenuhi kebutuhan dasar penghuni rumah. Pekerjaan rumah tangga tidak urgen karena sering bisa ditunda jika ada urusan yang lebih penting atau lebih mendesak. Dengan mengacu kepada Stephen Covey, yaitu bahwa prioritas kita seharusnya adalah pada kegiatan-kegiatan di kuadran penting-tidak urgen, maka membereskan pekerjaan rumah tangga harus menjadi prioritas dalam setiap rumah.
Pada kenyataannya, pekerjaan rumah tangga tidak selalu menjadi prioritas, terutama ketika ada pekerjaan lain yang urgen. Meskipun sedang mengerjakan pekerjaan lain, sebenarnya tetap saja terpikir printilan tugas-tugas rumah tangga yang belum jadi dikerjakan. Agar printilan tugas tersebut tidak terus berputar di kepala, saya menyiapkan daftar periksa (checklist) tugas rumah tangga. Checklist asli sebenarnya memuat lebih banyak tugas dan lebih rinci, seperti menyapu halaman, mengganti sprei, mencuci sprei, mengganti handuk, mencuci handuk, mengganti keset, mencuci keset, atau menyikat kamar mandi, + + +. Semakin banyak sel/kotak yang tercentang, semakin banyak pekerjaan tertangani, semakin beres urusan rumah. Di sela-sela pekerjaan lain, maka semakin terdorong untuk menyempatkan diri melakukan pekerjaan rumah tangga.
Setelah sekian lama tanpa PRT di rumah, rasanya saya jadi lebih bertanggung jawab untuk mengurus rumah(π³!). Kalau ada PRT memang lebih santai karena sebagian tugas sudah didelegasikan, tapi buruknya saya jadi lebih abai; jadi terlena(!). Untuk sementara waktu ini, tampaknya saya masih bersemangat untuk melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa asisten. π‘